BANYUWANGI – Jalan raya pantura Situbondo-Banyuwangi kembali memakan korban jiwa.

Enam penumpang travel meregang nyawa setelah kendaraan yang ditumpangi terlibat ”adu jangkrik” dengan kendaraan towing pengangkut backhoe di jalur tengkorak Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, pukul Senin pagi (23/9).

Dugan sementara, sopir travel ugal-ugalan saat mengemudikan kendaraan di jalur maut Desa Bangsring tersebut.

Bahkan, sejumlah saksi mengatakan, sejak dari arah Wongsorejo, travel sarat muatan tersebut kebut-kebutan dengan sesama travel.

Informasi yang diperoleh Jawa Pos Radar Banyuwangi, kecelakaan yang terjadi pukul 04.00 itu bermula saat kendaraan Elf yang mengangkut 18 penumpang melaju kencang dari arah Situbondo menuju Banyuwangi.

Elf bernopol S 7605 TA sarat muatan tersebut hendak menyeberang ke Bali dari Surabaya.

Sesampainya di jalan raya Desa Bangsring, ada kendaraan towing muatan ekskavator melaju dari arah berlawanan.

Diduga karena mengantuk, sopir Elf justru mengemudikan kendaraannya mepet ke arah kanan. Melihat sopir Elf mengambil jalurnya, sopir truk towing mencoba mengarahkan kendaraannya ke sebelah kiri.

Kecelakaan tetap tidak dapat dihindari. Jarak Elf yang terlalu dekat dengan towing membuat kedua kendaraan bergesekan.

Nahas, backhoe yang dibawa towing terjatuh sehingga langsung menghantam Elf yang berada di sebelah truk towing.

Akibat tabrakan tersebut, Elf berwarna biru tersebut mengalami kerusakan cukup parah. Beberapa penumpang terlempar keluar dari Elf.

Tiga di antaranya meninggal dunia di lokasi kejadian. Sedangkan sisanya meninggal dunia di RSUD Blambangan.

”Empat jenazah sudah di kamar mayat sejak pagi. Semuanya laki-laki, yang dua meninggal di IGD,” ujar petugas ruang jenazah RSUD Blambangan, Agus Wahyudi.

Kasatlantas Polresta Banyuwangi Kompol Amar Hadi Susilo mengatakan, berdasarkan keterangan saksi, penyebab kecelakaan diduga akibat kurang hati-hatinya pengemudi Elf. Dugaan sementara sopir Elf dalam kondisi mengantuk.

”Karena kejadiannya pagi sehingga dugaannya sopir Elf mengantuk. Belum bisa kami pastikan sebab penyebabnya, kami masih menghimpun data di lapangan,” jelasnya.

Amar mengungkapkan, polisi belum bisa memintai keterangan sopir Elf karena kondisinya masih kritis. Sampai saat ini sopir masih mendapat perawatan intensif di RSUD Blambangan.

”Informasi yang kami terima, di dalam Elf ada dua sopir. Mereka bergantian menyetir. Keduanya mengalami luka berat sehingga belum bisa dimintai keterangan,” tegasnya.

Selain menduga sopir lalai, pihaknya juga mendapat keterangan dari penumpang jika kendaraan Elf tersebut tidak layak. Sejak awal keberangkatan rem Elf sudah berbunyi.

”Kami masih melakukan penyelidikan dengan mendatangkan traffic accident analysis untuk mengungkap fakta-fakta penyebab kecelakaan. Jumlah penumpang 17 orang, termasuk sopir,” tandasnya.

Sementara itu, dua dari enam orang yang meninggal adalah rombongan pekerja bangunan yang akan bekerja ke Bali. Murdopo, 64, salah seorang penumpang selamat menuturkan, dia berangkat bersama empat orang. Mereka berlima berencana menggarap proyek renovasi hotel di Denpasar, Bali.

”Sebelumnya kami menggarap proyek di Tangerang, kemudian lanjut ke Bali. Ini pertama kalinya saya ke Bali,” kata Murdopo.

Kepala rombongan adalah Triono. Pria tersebut adalah kepala tukang sekaligus yang mengajak Murdopo bersama beberapa kuli bangunan lainnya untuk bekerja ke Bali.

Nahas, saat melewati jalan raya Desa Bangsring, Triono ikut menjadi korban tewas setelah Elf yang ditumpangi menabrak truk towing.

Selain Triono, penumpang lainnya yang juga satu rombongan dengan dirinya, Gunadi, 56, turut menjadi korban jiwa.

”Saat kejadian saya sedang tidur. Bangun-bangun sudah terjadi kecelakaan, semua penumpang terkapar,” kata Murdopo.

Murdopo mengaku tidak tahu persis kronologi kecelakaan. Saat terbangun, dia melihat Elf yang ditumpangi sudah dalam keadaan rusak berat.Di dekat kendaraannya ada backhoe yang diduga menjadi lawan kecelakaan. Murdopo menderita luka di kepala.

”Sejak awal sopirnya sudah ugal-ugalan. Sudah coba diperingati penumpang yang di depan, tetap saja ngebut,” ungkapnya.

Dua korban meninggal dunia duduk tepat di kursi depannya. Murdopo sendiri duduk di kursi kedua dari belakang di sisi kiri.

Sebelum kecelakaan terjadi, Murdopo mengaku sudah merasakan firasat tidak enak. Yang paling terasa saat dirinya didatangi sosok anak kecil perempuan di kamar rumahnya.

”Sebelum berangkat ke Bali, saya didatangi anak kecil perempuan. Itu sudah jadi firasat tidak enak,” kata Murdopo.

Hingga tadi malam, Murdopo masih menjalani perawatan di IGD RSUD Blambangan. Dia menunggu kedatangan keluarganya dari Nganjuk.

Sembari menunggu, Murdopo mengenang sosok Triono yang menjadi korban tewas dalam kecelakaan itu.

”Pak Triono orangnya biasa, tidak sombong, dan suka cari teman. Suka bawa orang (ikut kerja bangunan), termasuk saya,” kenangnya.

sumber: radarbanyuwangi

 

Polresta Banyuwangi, Kapolresta Banyuwangi, Kombes Pol Nanang Haryono, Banyuwangi, Jawa Timur, Polda Jatim, Polres Banyuwangi, Resta Banyuwangi, Kepolisian Resor Kota Banyuwangi, Polisi Resor Kota Banyuwangi, Polisi Banyuwangi, Kota Banyuwangi, Pemkab Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi, Nanang Haryono