SEMARANG – Anggota DPRD Kota Semarang, Dini Inayati menyebut ibu kota Jawa Tengah darurat moral remaja. Hal itu menyusul munculnya sejumlah kasus mulai dari pengeroyokan, tawuran, hingga pembacokan yang dilakukan para gengster atau kreak Semarang.

“Kalau darurat gengster stigmanya bagaimana menangani yang jadi gengster. Bagi saya, darurat moral remaja. Tidak ada darurat gengster tapi darurat moral remaja,” ungkapnya menanggapi banyaknya kasus gengster di Semarang, Kamis (19/9/2024).

Menurut Dini, permasalahan gengster ini cukup krusial, penting, dan sangat mendesak untuk segera ditangani. Ke depan, perlu ada upaya untuk mencegah tidak muncul lagi persoalan gengster. Munculnya gengster ini menjadi persoalan sumber daya manusia (SDM).

“Ini persoalan sumber daya manusia. Rata-rata usia remaja, masih sekolah. Kalau bicara SDM, usia remaja, tidak bisa hanya diserahkan ke kepolisian saja. Bagaimana caranya polisi operasi setiap saat, tidak bisa begitu. Sekarang operasi, setengah jam lagi muncul,” ujar anggota legislatif dari Fraksi PKS tersebut.

Dia menandaskan, persoalan SDM perlu penanganan bersama dalam pembenahan katakter anak remaja supaya tidak samlai muncul gengster baru.

Pertama, sebut dia, peran keluarga sangat penting. Keluarga sebagai basis yang mengontrol dan memastikan anak-anak tidak keluar rumah di malam hari.

“Keluarga memastikan anak usia remaja, malam nggak keluar rumah. Perlu kekuatan di rumah,” ucapnya.

Selanjutnya, Dini mengatakan, pihak kepolisian perlu mengintensifkan operasi malam serta memberikan efek jera yang tegas bagi para gengster.

Kemudian, dunia pendidikan juga dinilai penting dalam membentuk moral anak remaja.

“Sekolah harus memberikan perhatian khusus. Apalagi, kurikulum merdeka. Pendidik memberikan pendidikan karkter secara serius dan fasilitas cukup memadai,” ucapnya.

Tak hanya sekolah, pendidikan lingkungan sangat penting. Dia menyebut, pembentukan karakter dan moral anak tidak bisa hanya diserahkan ke keluarga dan sekolah meliankan juga lingkungan.

“Lingkungan ini ya pihak kelurahan, organisasi masyarakat, RT RW. Jangan cuma memikirkan bagun jalan bagus, talud selesai. Bagaimana program di RW memberikan fasilitas kegiatan, pengarahan, untuk anak-anak seusia remaja supaya mereka memiliki kesibukan positif tidak lari ke gengster,” jelasnya.

Politikus PKS tersebut menyebut, pendidikan karakter yang perlu ditanamkan diantaranya tanggung jawab.

“Bagaimana menanamkan tanggungjawab kepada remaja, kalau orang bertanggungjawab akan berpikit melakukan hal negatif, akibatnya apa. Anak-anak kreak nghak punya tanggungjawab,” ujarnya.

Kebijakan jam malam, menurutnya, bisa menjadi upaya afirmatif. Namun, perlu ada konsensus atau kesepakatan antara pemerintah, aparat penegak hukum, hingga masyarakat di tingkat paling bawah jika diberlakukan jam malam di Semarang dengan segala reward dan punishmen.

Sumber : TRIBUNJATENG.COM

 

Polrestabes Semarang, Kapolrestabes Semarang, Kombes Irwan Anwar, Kota Semarang, Pemkot Semarang, Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ribut Hari Wibowo, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, Jawa Tengah, Jateng, Kepolisian Resor Kota Besar Semarang, Polisi Kota Besar Semarang, Artanto, Ribut Hari Wibowo