SEMARANG – Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang terus berinovasi untuk melayani kesehatan masyarakat.

Paling baru, Pemkot Semarang bersama Rumah Sakit Daerah Kanjeng Raden Mas Tumenggung (KRMT) Wongsonegoro (RSWN) meluncurkan program untuk mendeteksi kesehatan mental siswa-siswi sekolah menengah pertama (SMP) bernama Wongso Sultan Mataram, Selasa (23/7/2024).

Wali Kota (Walkot) Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mengapresiasi program tersebut mengingat pentingnya deteksi dini pada kesehatan mental remaja di Kota Semarang.

“Ini merupakan sistem atau aplikasi terkait dengan kesehatan mental remaja. Kesehatan mental menjadi yang utama karena kalau pendidikan sekolah biasa, akademik masih bisa dipelajari,” ujarnya dalam siaran pers, Selasa.

Walkot yang akrab disapa Mbak Ita tersebut mengatakan kesehatan mental harus bisa deteksi sejak awal.

Terlebih, kini semakin banyak ditemukan kasus bunuh diri atau bullying di lingkungan sekolah.

Dia menambahkan, aplikasi tersebut sangat penting untuk menyiapkan generasi emas 2045 agar anak-anak Semarang memiliki kesehatan mental yang baik.

“Kami harapkan memang menjadi anak-anak yang hebat sesuai kompetensi masing-masing,” katanya.

Sementara itu, Direktur RSWN Eko Krisnarto menjelaskan, aplikasi tersebut adalah bagian dari program Rumah Sakit Tanpa Dinding (RSTD) RSWN.

“Ini adalah implementasi rumah sakit tanpa dinding RSUD KRMT Wongsonegoro Kota Semarang sebagai pusat layanan konsultasi, terapi, dan rehabilitasi kesehatan mental remaja Kota Semarang.

Eko mengatakan, program tersebut bertujuan meningkatkan kualitas kesehatan generasi emas.

Dengan aplikasi tersebut, siswa SMP dapat mengisi kuesioner yang terdiri dari 25 pertanyaan yang akan membantu menilai gangguan perilaku, gangguan peer group, dan gangguan emosional.

Dia mengatakan, sasaran aplikasi itu adalah semua siswa SMP. mereka diharapkan mengisi kuesioner, kemudian dikumpulkan untuk melakukan screening lanjutan.

“Setelah diisi, guru bimbingan konseling (BK) akan mencocokkan melihat hasilnya dan bekerja sama dengan psikolog untuk menentukan langkah selanjutnya,” ujarnya.

Nantinya, kata Eko, bila ditemukan siswa yang membutuhkan pendampingan, pihaknya juga akan melibatkan psikiater maupun psikolog.

Pihaknya juga bekerja sama dengan Universitas Soegijapranata agar siswa-siswi tersebut memperoleh perhatian lebih.

Adapun program tersebut mengembangkan Strength and Difficulties Questionnaire (SDQ) digital yang diberi nama Wongso Sultan Mataram dalam aplikasi MY RSWN yang dapat diunduh dari Google Play Store.

SDQ digital adalah kuesioner singkat mengenai atribut positif dan negatif anak dan remaja yang terdiri dari 25 item.

Hasil penelitian deskriptif terhadap 578 pelajar SMP di Semarang yang dilakukan Fitri Hartanto dan Hendriani Selina menunjukkan, masalah emosi ditemukan pada 18,5 persen siswa, perilaku 13,9 persen, total difficulties 9,1 persen, prososial 8,1 persen, hiperaktif 4,9 persen, dan peer group 3,8 persen.

Studi awal penggunaan aplikasi SDQ digital di dua SMP juga menemukan lima siswa yang memerlukan bimbingan dengan psikiater di RSWN.

Pada kesempatan itu, RSWN juga menggandeng guru BK sebagai mitra di sekolah dan Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP-PKK) yang mendampingi para remaja di lingkungan rumah.

Keluarga memiliki peran penting dalam mencegah gangguan kesehatan mental remaja dan menyebutkan bahwa faktor-faktor, seperti kurangnya perhatian anggota keluarga, tuntutan orangtua yang berlebihan, serta seringnya pertengkaran orangtua dapat memicu gangguan tersebut.

Dengan peluncuran aplikasi Wongso Sultan Mataram, RSWN berharap dapat memberikan solusi preventif dan promotif untuk kesehatan mental remaja di Kota Semarang.

sumber: kompas.com

 

Polrestabes Semarang, Kapolrestabes Semarang, Kombes Irwan Anwar, Kota Semarang, Pemkot Semarang, Polda Jateng, Kapolda Jateng, Irjen Pol Ahmad Luthfi, Wakapolda Jateng, Brigjen Pol Agus Suryonugroho, Kabidhumas Polda Jateng, Kombes Pol Artanto, Jawa Tengah, Jateng, Kepolisian Resor Kota Besar Semarang, Polisi Kota Besar Semarang